Saturday, January 30, 2016

The fucking one are called SAHABAT


Mungkin, menurutku saja, sahabat adalah sosok istimewa yang mengerti diri kita seutuhnya. Mulai dari sifat, hobby, sikap, sampai kemana arah pikiran kita. Bisa dibilang sahabat adalah satu-satunya yang tahu rahasia terbesar kita seperti orang yang kita suka misalnya. Hahaha... orang yang kita suka bukanlah suatu rahasia bagiku, tidak! Itu hanya sejumput kotoran kecoak yang tidak sengaja masuk ke vacum cleaner.
Sahabat, yang sebenarnya –masih menurutku, hanyalah bayangan. Benda hitam yang mengikutiku kemana-mana. Sahabat adalah bayang-bayang dari rasa takut. Seperti penguntit yang tidak berasa, berbau, dan tidak terlihat. Sesuatu yang tidak akan kutemui di google map. Aku lebih suka memanggil mereka, the fucking one. Hanya orang bodoh yang masih percaya apa itu sahabat. Mencari arti dari sebuah persahabatan. 
Saat SD, aku masih kecil dengan kepolosan yang luar biasa. Saat aku SMP dengan keingintahuan yang menggunung. Saat SMA dengan kenakalan yang meluap-luap. Tidak kutemukan apa yang dinamakan sahabat. Kalau kubilang sih itu cuman sebuah kata yang kalau kalian cari di KBBI artinya seperti ini : sa-ha-bat n kawan; teman; handai:.... dan seterusnya dan seterusnya. Gak lebih dari itu.
Benarkan aku kalau aku salah! Aku tidak percaya apa yang disebut sahabat. Tidak ada sahabat, tidak ada persahabatan. Itu semua hanya kejahatan yang diperhalus. Mereka menusukku dari belakang sebelum mereka sadar mereka sudah melakukannya. Aku... lebih percaya pada siapapun yang menjadi lawanku. Mereka yang menyerangku dari depan dan berteriak akan menghancurkanku. Ya, merekalah orang-orang yang dekat denganku.
Oopps, aku lupa tentang 3 orang di masa laluku. Mereka yang, kalian tahu, selalu bersamaku. Bercanda dan terus menyindirku. I hate them. Mereka menyadarkan aku tentang betapa rendahnya aku di hadapan mereka. Setiap waktu, aku berusaha menunjukkan siapa diriku. Tapi mereka tidak sadar akan hal itu, atau pura-pura tidak peduli. Sekarang kemana mereka? Menghilang seperti apa yang sudah kuprediksikan. Melupakan aku seperti aku tidak pernah ada. Ya, mungkin mereka tahu saat bertemu tapi... hanya saat kami bertemu. Setelahnya, hilang dan terlupakan.
Ooh, aku melupakannya lagi. 5 orang lain di masa laluku. Beberapa minggu setelah 3 orang tadi. Setidaknya mereka lebih baik walaupun perlakuan mereka tetap sama. Tidak dianggap dan tersudutkan. Setiap waktu aku berusaha menang dari mereka. Tapi yang kudapat adalah semakin tinggi aku berdiri, mereka semakin menjauh. Semakin tinggi aku mendaki, mereka semakin tidak terlihat. Meninggalkan aku di ketinggian yang tidak bisa kulalui seorang diri. Mereka tidak hilang, hanya tidak terlihat.
1 orang lain di waktu yang lain, datang dengan polosnya. Keceriaan yang membawaku pada titik dimana aku bisa percaya apa itu sahabat. Sampai sekarang. Tidak! Dia bukan apa yang disebut sahabat. Hanya seseorang yang masih mengingatku, menyadari keberadaanku, bersamaku di kentinggian yang berbeda, terlihat, tidak memaksaku untuk menang atau memaksaku untuk menunjukkan siapa aku. Dia tahu dengan sendirinya, mengerti akan diriku sepenuhnya. Orang yang aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.
Hahaha... aku tetap tidak percaya apa yang disebut sahabat.
Saat ini, ketika jari-jariku menari diatas keyboard. Aku menyadari sesuatu yang pernah aku percaya. Orang bodoh yang mencari arti persahabatan dan orang bodoh yang percaya apa itu sahabat... akulah orangnya. Aku orang bodoh itu. Yang kumaki dimasa lalu yang akhirnya kecewa. Akulah orang bodoh yang tidak percaya pada siapapun. Mengandalkan diriku yang tidak bisa apa-apa, yang buruk dalam segala hal.
Apa yang ingin aku tunjukkan pada 3 orang itu? Apa yang ingin kumenangkan dari 5 orang itu? Hanya 1 orang yang bisa menjawabnya. 1 orang yang dulunya tidak kupercaya. 1 orang yang dulunya kumaki, kurendahkan, kuasingkan di kotak kecil di bawah tanah di dalam istana pikiranku. 1 orang yang sekarang kusebut sahabat. The fucking one are called SAHABAT. Huh, puaskah kalian menyalahkan aku?
Sekarang, aku menemukan 4 orang lainnya. Yang mungkin suatu saat nanti kusebut sahabat. 4 orang yang belum saling mengenal satu sama lain. Aku percaya mereka. Aku ingin mereka selalu ada disampingku, mendaki bukit yang sama dengan tujuan berbeda. Terbang dari ketinggian yang sama di tempat yang berbeda.

Untuk kalian yang ada di tulisan ini.

No comments:

Seseorang di kepalaku

Jangan, jangan pergi. Enggak, aku harus pergi. Jangan, kalau aku kesana aku bakal jadi bahan omongan. Ayolah enggak bakal ada yang ...